Pelatihan Olahan Debog: Inovasi Desa Dadapan Bersama PKK dan KKN UINSA Ciptakan Peluang Usaha Baru

Pelatihan Olahan Debog: Inovasi Desa Dadapan Bersama PKK dan KKN UINSA Ciptakan Peluang Usaha Baru

Ngawi , indonesia-jaya. Com– 21 Juni 2025 | lalu — Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi kembali mencatat prestasi dalam memberdayakan masyarakat melalui inovasi kreatif berbasis potensi lokal. Kali ini, kolaborasi antara Tim Penggerak PKK Desa Dadapan dengan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 111 dari UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya melahirkan ide cemerlang: mengolah batang pisang (debog) menjadi keripik bernilai ekonomi.

 

Kegiatan yang bertajuk “Pelatihan Ekonomi Produktif: Inovasi Keripik Debog Pisang” ini berlangsung meriah di balai desa pada Sabtu (21/6/2025). Dibuka langsung oleh Kepala Desa Dadapan, Andien Bangga Saghitarama, S.Sos., pelatihan ini menghadirkan semangat pemberdayaan perempuan dan peningkatan ekonomi warga berbasis sumber daya yang selama ini dianggap tak berguna.

 

> “Desa kita kaya akan tanaman pisang. Sayangnya, hanya buah dan daunnya yang sering dimanfaatkan. Hari ini, kita buktikan bahwa batangnya pun bisa jadi peluang usaha. Ini bukan sekadar pelatihan, tapi awal dari kebangkitan ekonomi kreatif warga,” tegas Kades Andien dalam sambutannya.

 

Sebanyak 30 peserta, terdiri dari anggota PKK dan kader Posyandu, mengikuti pelatihan dengan antusias. Mereka belajar langsung dari praktisi sekaligus pemateri utama, Ketut Winur, yang secara rinci memaparkan tentang teknik memilih jenis batang pisang yang cocok, proses pembersihan, peracikan bumbu, penggorengan, hingga pengemasan produk agar menarik konsumen.

  1. Andiek Bangga Saghitarama Kades Dadapan Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi

Tidak hanya teori, peserta juga diajak praktik langsung bersama mahasiswa KKN UINSA. Dipandu oleh Kurrotul Hasanah sebagai pembawa acara, para peserta terlihat antusias mencoba setiap tahapan proses produksi keripik debog — mulai dari mencampur adonan, memotong batang pisang, hingga proses penggorengan dan pengemasan akhir.

 

> “Saya baru tahu ternyata batang pisang bisa diolah jadi keripik yang enak. Kalau dikembangkan lebih jauh, bisa jadi peluang usaha yang besar,” ujar salah satu peserta yang merupakan kader Posyandu setempat.

Meski demikian, beberapa peserta juga menyampaikan catatan penting, terutama terkait komposisi bahan tambahan seperti penyedap rasa (micin) dan tingkat minyak pada hasil akhir. Mereka menilai bahwa keripik ini lebih cocok untuk konsumsi umum dan bukan untuk anak-anak usia dini, khususnya balita atau penderita stunting.

 

Namun secara keseluruhan, pelatihan ini dipandang sangat inspiratif dan aplikatif, terutama dalam konteks pengembangan UMKM desa. Banyak warga yang mulai tertarik mencoba membuat keripik debog secara mandiri di rumah, bahkan sudah muncul ide untuk memasarkan produk melalui kegiatan bazar desa dan media sosial.

 

Melalui kegiatan ini, Desa Dadapan membuktikan bahwa inovasi tak harus selalu berasal dari bahan mahal atau teknologi tinggi. Dengan kreativitas, kolaborasi, dan kemauan belajar, limbah seperti batang pisang pun bisa menjadi emas.

 

Program ini juga memperkuat sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, dan masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal secara berkelanjutan. Kades Andien pun berharap agar ke depan, pelatihan-pelatihan semacam ini bisa terus digelar, dengan variasi produk olahan lokal lainnya.

 

> “Kita ingin Desa Dadapan bukan hanya mandiri pangan, tapi juga mandiri secara ekonomi. Salah satunya dimulai dari sini,” pungkasnya.(Lina/Adv)